Perubahan iklim memang bukan sesuatu hal yang baru untuk dibahas tetapi beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan dalam skala yang
mengkhawatirkan. Salah
satu contohnya
di Kota Bandung sekarang cuacanya lebih cenderung musimpeng hujan, dan kemarau saat ini jarang sekali terjadi padahal Indonesia
merupakan Negara musimtropis. Demikian dijelaskan oleh Dr. Budi Haryanto,
SKM, MSPH, MSC. Selaku pemateri dalam kuliah umum tentang perubahan iklim dan dampak kesehatan di Indonesia
yang diadakan oleh Program Study S1
Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung Sabtu,
07 April 2012. Hadir dalam kuliah umum tersebut dari undangan ketua STIKes DHB bersama undangan staff
STIKes DHB serta para dosen dan mahasiswa ekstensi serta regular S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB.
Budi Haryanto, yang merupakan pakar kesehatan lingkungan dari fakultas kesehatan lingkungan Universitas Indonesia dan pusat penelitian perubahan iklim Universitas Indonesia mengatkan bahwa masyarakat dunia sedang menghadapi pemanasan global yang ekstrim. Salah satu penyebabnya adalah kerusakan lingkungan yang meliputi hutan dan polusi asap industry dan kendaraan bermotor. Sehingga menimbulkan efek rumah kaca yang diakibatkan terbentuknya atap udara di area atmosfere yang menahan cahaya yang diserap oleh bumi untuk dipantulkan keluar atmosphere sehingga pantulan yang tertahan menimbulkan panas yang
tidak seimbang di
berbagai tempat.
“proses terjadinya efek rumah kaca ini dikarenakan terlalu banyaknya pengeluaran gas C02, belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan Nitrogen
dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Yang mengkibatkan terjadinya atap udara/efek rumah kaca di atas atmosphere yang menahanpanas .”
menurut Budi Haryanto.
Iklim merupakan amplop yang berisi seluruh kondisi lingkungan dan proses rumit kondisi manusia yang harus berfungsi yang dapat berpengaruh terhadap gangguan ketersediaan air, produktivitas pertanian, hutan, perikanan, produksi asap foto kimia dan salah satu yang
paling berbahaya adalah penyebaran dan ganguan mikroorganisme pathogen dan vector penularpenyakit.
Potensial dampak kesehatan perubahan iklim lanjut Budi Haryanto salah satunya adalah meningkatnya jumlah nyamuk yang biasa diakibatkan naiknya suhu global. Pengaruh curah hujan yang
tinggi memperbanyak
habitat larva. Selanjutnya beberapa respon yang harus dilakukanya itu mealui mitigasi dengan mengurangi pamakaian emisi GRK dan karbon dari sector energi salah satunya dengan program
60 minutes for earth yang
sedang tren di
seluruh dunia dan juga melakukan focus adaptasi bidang kesehatan melalui tindakan pencegahan terhadap dampak negative potensial bagi kesehatan masyarakat akibat varibilitas dan perubahan iklim.
Budi Haryanto mengatakan bahwa dampak yang
telah terjadi sudah bisa disimpulkan seperti menurut WHO memperkirakan perubahan iklim telah menyebabkan kurang lebih 150, 000,- kematian premature atau pada usia kerja di tahun 2000.
Selanjutnya
Budi Haryanto,
menyatakan manusia dapat berperan untuk mengatasi krisis bumi ini yaitu, dengan melakukan mitigasi atau pencegahan,
misalnya dengan menjaga kebersihan, hutan, sungai, laut dan lingkungan sekitar rumah.
Rio-Kemahasiswaan.