Cuaca stasiun kiaracondong cukup
cerah, walaupun waktu menunjukan jam tujuh malam. Masih saja terlihat beberapa
anak kecil bersama orang tuanya bergerumul di pinggiran rel dan trotoar jalan
pasar kiaracondong di bawah jembatan layang. Ada yang berlarian turun naik
mobil angkot sambil memainkan gitarnya, dan ada juga yang memilah barang
rongsokan.
Tanggal 20 Desember 2011, adalah hari
Kesetiakawanan Nasional. Berawal dari sini PROKSIMA STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG mengadakan makan bersama dengan Anak-Anak Jalanan Kiaracondong, dengan
semangat membangun silaturahim bersama keluarga baru, teman baru dan sahabat
baru.
Di sebuah sekolah sederhana hasil
dari bantuan PT KAI yang lokasinya tidak jauh dari rel kereta, kami berkumpul
disana. Di awali renungan bersama yang dipimpin oleh kang rio sebagai salah
satu relawan yang mengajar disana. Tawa dan canda lalu derai air mata mulai
berlinang tatkala semua yang hadir disana di ingatkan kembali tentang bagaimana
arti sebuah keluarga khusunya antara orang tua dan anaknya.
Sampai sekarang memang ironis
tentang keberadaan mereka, Apalagi banyak sekali anak yang di bawah umur. Mereka
sudah di haruskan orang tuanya untuk mencari uang di jalanan. Mungkin tak
pernah terpikir bahaya dan resiko apa yang akan terjadi jika anak-anak tersebut
harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan jalanan, apa mungkin ini karena
faktor keterpaksaan karena hidup yang serba terbatas dan dilingkupi
ketidakmampuan. Apakah harus ada yang disalahkan? Orang tua ataukah orang-orang
yang selalu memberi uang dijalanan. Ah, entahlah semua ini masih menjadi sebuah
pertanyaan bagi kita semua. Yang pasti PROKSIMA STIKES DHB mencoba membuktikan kepedulian
dan membangun rasa silaturahim dengan sesama walau menurut kata orang itu hanya
dengan anak jalanan.
Kegiatan di akhiri dengan makan
bersama dan benyanyi bersama, sampai tak terasa waktu sudah larut malam. sebuah
kegiatan yang penuh makna yang mesti di contoh…
SALUT